Kamis, 23 April 2015

Penorehan Tinta Emas Dunia Pendidikan

Sumbangan peradaban dinasti Abassyiah dalam bidang pendidikan terhadap dunia pendidikan global
Penorehan Tinta Emas Dunia Pendidikan
(Oleh: Siti Muflidah)
UKM Bahasa Arab Al-Mujaddid UMY
(Lomba Essai 'Festival Timur Tengah 2015 UI') 


        Pada masa Khulafaur Rasyidin dan Dinasti Umayyah pendidikan dan pengajaran islam terus berkembang, hingga pada masa Dinasti Abbasiyah pendidikan dan pengajaran itu mencapai kemajuan yang gemilang. Dinasti Abbasiyah ini melanjutkan kekuasaan dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-saffah Ibnu Muhammad ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas, yang berkuasa sejak tahun132-656 H/750-1258 M. Pada masa itu mayoritas umat islam mampu membaca dan menulis, mereka juga dapat memahami Al-Qur’an.
 (Dr.H. Murodi, Ma. 2008 hal 101) 
            Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti islam yang sempat membawa kejayaan umat islam pada masanya, dapat dikatakan pada saat Dinasti Abbasiyah berkuasa, islam mencapai zaman keemasan. Selain itu, Dinasti Bani Abbasiyah merupakan dinasti islam yang paling berhasil mengembangkan peradaban islam. keberhasilan menciptakan pemikiran kreatif dan menghasilkan karya yang sangat monumental dalam berbagai ilmu pengetahuan, peradaban islam, sosial budaya dan lain-lain. sehingga pada masa ini banyak para ilmuan dan cendikiawan bermunculan dan membuat ilmu pengetahuan menjadi maju pesat. Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya dizaman Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809) dan putranya Al-Ma’mun (813-833), tingkat kemajuan yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan ada pada zaman kekuasaanya. Al-Ma’mun sebagai pengganti khalifah Al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta terhadap ilmu. Sehingga pada saat itu lahirlah Institusi-institusi pendidikan yang tidak terhitung banyaknya. Semua orang berlomba-lomba untuk menuntut ilmu pengetahuan, dengan semangat pergi kepusat-pusat pendidikan yang ada pada saat itu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan, untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen, dan penganut golongan lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait Al-Hikmah, pusat penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar dan menjadi perpustakaan umum serta diberi nama “Darul Ilmi” berisi buku-buku yang tidak terdapat diperpustakaan lainnya, kemudian disusul dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. (Dr.H. Fatah Syukur NC,M.Ag. 2002 hal 77)
              Para ulama yang hidup pada masa dinasti Bani Abbasiyah memilki semangat yang luar biasa dalam hal mencari ilmu. Semangat yang kuat itu terlihat dari keinginan mereka untuk menuntut ilmu kepada para ulama besar pada saat itu. Mereka rela meninggalkan kampung halamannya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Para ulama seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Hanifah, Imam al-Ghazali, Imam Syafi’i dan lain-lain, merupakan contoh nyata para ilmuan muslim yang memiliki semangat tinggai dan keinginan besar untuk mencari ilmu dan mengembangkannya demi kepentinagn kemajuan umat isam. Dengan semangat tinggi dan keyakinan yang kuat itulah, akhirnya para pencari ilmu menjadi ulama terkenal diseluruh dunia. Dengan ilmu yang dimilikinya para ulama pada masa Dinasti Bani Abbasiyah terus berusaha dengan tekun mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga mencapai puncak kejayaan pada masa kekhalifahan Dinasti Bani Abbasiyah. Para ulama yang hidup pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah, adalah para intelektual muslim yang sangat teliti didalam melakukan kajian dan analisis ilmu pengetahuan. Mereka tidak sembarangan mengeluarkan fatwa atau konsep keilmuan tanpa lebih dahulu melakukan kajian dan diskusi secara seksama. Kemajuan keilmuan dan teknologi islam mengalami masa kejayaan di masa ini. Munculnya para ilmuwan, filosof dan cendekiawan muslim telah mewarnai penorehan warna dalam sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku yunani, akan tetapi menambahkan kedalam hasil penelitian yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan dunia pendidikan.
 (prof. Dr. H.Abudin Nata,MA. 2011. Hal 167)          
          Pada Dinasti Abbasiyah, Kota Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan di dunia. Dari beberapa khalifah yang memerintah, terdapat tiga tokoh kunci utama yang berhasil menjadi legenda dunia ilmu pengetahuan pada Dinasti Abbasiyah. Ketiga tokoh tersebut adalah Khalifah Al-Mansur, Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun ketiganya menggelorakan semangat para penuntut ilmu untuk mendalami berbagai ilmu pengetahuan dengan dukungan sarana dan prasarana yang sangat memadai. Selain kota Baghdad. Kairo (Mesir) dan Andalusia (Spanyol) juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam terkenal di dunia. Tidak dapat dipungkiri, pada masa Bani Abbasiyah pendidikan islam juga berkembang pesat di spanyol, pada periode ke III yang dipimnpin oleh Khalifah Abdurrahman III yang didaulat pada abad ke 10 M berdirilah Universitas Cordova, Pada waktu itu kejayaan islam di spanyol merupakan tonggak sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad ke delapan dan akhir abad ke tiga belas. Universitas Cordoba berdiri megah dan menjadi ikon spanyol, sehingga termasyur keseluruh dunia. Universitas ini tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal setara dengan Universitas Al-Azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di Baghdad. Perguruan tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu pengetahuan, baik dari belahan Asia, Eropa, Afrika dan belahan dunia lainnya. Pada saat itu Cordoba menjelma menjadi pusat ilmu pengetahuan, sastra, seni, budaya, serta ekonomi terkemuka di seantero Eropa dan Dunia. Di era itu, spanyol muslim menjadi salah satu adikuasa dunia setelah Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Cordobapun menjadi semacam “Gula Peradaban” yang dikerubuti para “Semut Pelajar” dari berbagai belahan dunia. Dalam hal ini eropa sungguh berhutang budi pada keberhasilan khalifah Abdurrahman III dalam membangun institusi pendidikan. Karena beberapa perguruan tinggi, seperti Universitas Cordoba yang didirikan pada masa kepemimpinannya telah menjadi semacam kawah candradimuka bagi pelajar eropa yang kemudian menjadi pemimpin yang membebaskan peradaban barat dari kegelapan melalui renaisans. Berbekal ilmu pengetahuan yang di transfer dari dunia muslim, akhirnya eropa terbebas dari kebodohan yang membelenggu. Berkat kekuasaanya yang luar biasa, khalifah Abdurrahman III ini mampu membuat Raja Bizantium, raja jerman, prancis serta italia takut dan segan kepada khalifah Abdurrahman III. Sebagai bentuk pengakuan atas kebesaran dan kehebatan sang Khalifah, setiap kerajaan kristenpun mengirimkan duta besarnya di kordoba, begitu pula duta besarnya pemerintahan kordoba ditempatkan di kerajaan kristen yang tersbar di eropa. (Khazanah Republika, 2013) 
           Pada saat Dinasti Bani Abbasiyah berkuasa, terdapat transformasi peradaban, kejayaan islam telah menorehkan banyak hasil yang dapat dirasakan oleh dunia saat ini, walaupun sudah tiadak ada lagi peradaban islam yang mutlak. Islam sungguh telah memberikan konstribusi besar dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang pendidikan bagi dunia barat yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia. Konstribusi tersebut antara lain: 1.Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke -13, karya-karya kaum muslimin dalam bidang filsafat, sains, dan sebagainya telah diterjemahkan kedalam bahasa latin, khususnya dari spanyol. Penerjemahan ini sungguh telah memperkarya kurikulum dunia. 2.Peradaban islam telah memberi sumbangan eksperimental mengenai metode dan teori sains 3.Karya-karya dalam bentuk terjemahan masih digunakan sebagai bahan rujukan di lembaga pendidikan tinggi 4.Para ilmuwan Muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa (Dr.H. Murodi, Ma. 2008:131) 
           Selain itu karya peninggalan bersejarah yang disumbangkan para ulama saat itu masih dipakai sebagai bahan rujukan di beberapa lembaga pendidikan, diantaranya ada karya Ibnu sina di bidang kedokteran, ia melahirkan kitab Al Qonun yang disebut orang-orang Barat sebagai Canon of Medicine. Al Qonun menjadi referensi utama di universitas-universitas Eropa dan ilmuan islam Al-Farghani yang terkenal dengan bapak astronomi, telah menyumbangkan manuskripnya yang masih menjadi acuan perkembangan astronomi di Eropa. (Majalah percikan Iman, April 2001), Demikianlah konstribusi besar islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah atas peradaban dunia Pendidikan, yang selanjutnya justru dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Betapa banyaknya Dinasti Bani Abbasiyah menyumbangkan segala bentuk ilmu pengetahuan dalam institusi pendidikan diberbagai belahan dunia, hingga sampai sekarangpun lembaga pendidikan yang didirikan pada masa Bani Abbasiyah masih berkembang. Selain itu dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran masih digunakan dan penerapan kurikulum pendidikan yang dikembangkan pada masa Dinasti Abbasiyah masih diterapkan dalam lembaga pendidikan global saat ini, meskipun dari segi susunan atau konsepnya berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar